SURABAYA, Jawa Timur: Di ujung timur Pulau Jawa, geliat pembangunan besar tengah berlangsung. Mega proyek Tol Probolinggo–Banyuwangi (Tol Probowangi) kini menjadi sorotan karena menjanjikan transformasi besar-besaran, tak hanya pada sistem transportasi, tapi juga ekonomi dan pariwisata di kawasan timur Jawa.
Dibentangkan sejauh 175,4 kilometer dari Kraksaan, Probolinggo hingga ke Banyuwangi, jalan tol ini menjadi yang terpanjang di Jawa Timur. Namun, lebih dari sekadar panjangnya jalur, Tol Probowangi membawa semangat baru: menghubungkan daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi dan menciptakan akses yang selama ini menjadi tantangan utama di wilayah timur.
Dua Tahap Strategis: Dari Kraksaan Hingga Banyuwangi
Pembangunan jalan tol ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama menghubungkan Probolinggo hingga Besuki, dan tahap kedua akan melanjutkan jalur hingga ke Banyuwangi.
Kabar baiknya, beberapa ruas seperti Kraksaan–Paiton sudah tuntas dibangun dan hanya menunggu waktu peresmian. Sementara itu, dua paket konstruksi awal ditargetkan selesai sesuai jadwal, dan paket ketiga—yang membelah medan berbukit dan kompleks—diproyeksikan rampung pada akhir 2025.
Jalur Emas ke Bali: Terhubung ke Pelabuhan Ketapang
Salah satu daya tarik utama Tol Probowangi adalah konektivitasnya yang langsung menuju Pelabuhan Ketapang, pintu gerbang utama ke Pulau Bali.
Wisatawan yang selama ini harus menempuh jalur darat yang panjang dan berliku dari Surabaya ke Banyuwangi, kini bisa memangkas waktu tempuh secara signifikan. Begitu pula dengan pelaku logistik dan ekspedisi, yang akan sangat terbantu dalam distribusi barang lintas provinsi.
Dampak Nyata untuk Ekonomi dan Pariwisata
Meski belum selesai 100%, efek domino proyek ini mulai terasa. Daerah-daerah seperti Situbondo, Besuki, hingga Banyuwangi mulai menggeliat.
Arus barang menjadi lebih cepat, biaya logistik menurun, dan wilayah-wilayah yang dulunya sepi kini mulai dilirik investor. Tak hanya itu, sektor UMKM dan pariwisata lokal mulai menunjukkan perkembangan positif.
Banyuwangi, dengan kekayaan alam dan budaya seperti Pantai Pulau Merah, Kawah Ijen, dan tradisi Gandrung, kini semakin mudah dijangkau. Kehadiran jalan tol ini membuka peluang lebih luas bagi pengembangan destinasi wisata dan peningkatan ekonomi kreatif di daerah.
Lebih dari Sekadar Jalan
Tol Probowangi bukan sekadar infrastruktur beton. Ia adalah simbol pemerataan pembangunan. Ia menghubungkan bukan hanya kota ke kota, tapi juga harapan ke kenyataan.
Dengan proyek ini, kawasan timur Jawa bukan lagi pelengkap dari pusat pertumbuhan Jawa Barat atau Jawa Tengah, melainkan pusat pertumbuhan baru yang layak diperhitungkan.
Tahun 2025 mungkin akan jadi saksi penting: saat Tol Probowangi terhubung penuh, dan Jawa Timur melangkah lebih cepat menuju masa depan.