JAKARTA: Kepolisian Nasional Filipina (PNP) mengajukan pengaduan resmi terhadap Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, dan sejumlah tokoh lainnya. Tuduhan itu mencakup penyerangan langsung, pembangkangan, dan pemaksaan. Kasus ini diajukan ke Kantor Kejaksaan Kota Quezon, dengan kerusuhan di Pusat Penahanan DPR dan Veterans Memorial Medical Center (VMMC) sebagai latar belakangnya.
Kerusuhan tersebut terjadi setelah penahanan Zuleika Lopez, kepala staf Sara Duterte, atas dakwaan menghina pengadilan. Hukuman yang semula lima hari diperpanjang menjadi 10 hari. Polisi menuduh Lopez dipindahkan secara ilegal dari VMMC ke St. Luke’s Medical Center menggunakan ambulans pribadi, melanggar perintah resmi.
Pengaduan ini diajukan oleh Dr. Van Jason Villamor dari Dinas Kesehatan Kepolisian Filipina, didukung oleh saksi yang bersumpah di depan jaksa. Sebuah video yang ditunjukkan oleh PNP memperlihatkan Kolonel Raymund Dante Lachica, kepala Kelompok Keamanan Wakil Presiden (VPSPG), mendorong dan menendang seorang polisi di lokasi insiden.
Kepala PNP Jenderal Romeo Brawner Jr. menegaskan komitmen kepolisian untuk menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Insiden ini juga memicu perhatian publik karena melibatkan dugaan penyalahgunaan dana oleh Sara Duterte, yang sedang diselidiki DPR.
Di sisi lain, Sara Duterte mengklaim bahwa perintah pemindahan Lopez merupakan bagian dari upaya pembunuhan terhadap dirinya. Ia juga menyebut perpanjangan penahanan Lopez sebagai tindakan ilegal. Wakil Presiden tersebut dijadwalkan mengadakan konferensi pers untuk menanggapi tuduhan ini.
Masalah ini diperumit oleh pernyataan kontroversial Duterte pekan lalu. Ia mengatakan akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr. jika dirinya terbunuh, yang memicu penyelidikan oleh Departemen Kehakiman Filipina. Departemen tersebut menyebutnya sebagai “dalang” rencana pembunuhan terhadap Marcos Jr., namun Duterte membantah keras tuduhan tersebut. Ia menyatakan bahwa ucapannya hanya bentuk kekhawatiran atas pemerintahan Marcos yang dinilai gagal melayani rakyat.
Dalam sebuah pernyataan, Duterte menggambarkan tuduhan itu sebagai “lelucon” atau “fantasi” yang tidak memiliki dasar. Ia meminta publik menggunakan akal sehat untuk memahami bahwa pernyataannya bukan ancaman nyata.
Duterte, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, sebelumnya berkoalisi dengan keluarga Marcos untuk memenangkan pemilu. Namun, hubungan kedua keluarga politik itu kini memburuk akibat konflik terbaru ini.
Kasus ini mencerminkan dinamika politik Filipina yang kompleks, dengan tokoh-tokoh utama terjebak dalam konflik hukum dan tuduhan saling menjatuhkan. Perpecahan antara keluarga Duterte dan Marcos juga menjadi simbol ketegangan politik di negara tersebut, yang dapat memengaruhi stabilitas pemerintahan di masa depan.