JAKARTA: Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengumumkan rencana pembentukan 40 SMA Unggulan yang akan dimulai tahun depan. Program ini akan tercantum dalam Instruksi Presiden dan Peraturan Presiden yang dijadwalkan terbit pada 2025.
Dari total 40 SMA Unggulan tersebut, 20 sekolah akan dibangun dari nol, sementara 20 lainnya merupakan SMA yang statusnya ditingkatkan hingga 2029. Satryo menyatakan bahwa SMA Unggulan ini termasuk dalam kategori pra-universitas, karena seluruh lulusannya diproyeksikan masuk ke perguruan tinggi bergengsi seperti Harvard dan Oxford.
Untuk mendukung program ini, pemerintah akan menyediakan beasiswa melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bagi lulusan SMA Unggulan, yang juga dikenal dengan sebutan SMA Garuda. Selain itu, lulusan juga diperkenankan memanfaatkan beasiswa dari sektor swasta.
Kurikulum dan Infrastruktur
SMA Garuda akan menggunakan dua jenis kurikulum, yaitu kurikulum nasional dan internasional. Oleh karena itu, guru-guru yang bertugas di sekolah ini akan dipilih secara ketat dan dilatih dengan baik. Hal ini dilakukan untuk memastikan siswa mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan global.
Berbeda dengan SMA reguler, SMA Garuda akan dilengkapi dengan fasilitas asrama yang dibangun oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Asrama ini akan menjadi tempat tinggal siswa selama menempuh pendidikan, sehingga mereka dapat lebih fokus belajar dalam lingkungan yang kondusif.
Satryo juga menegaskan bahwa setiap provinsi akan memiliki setidaknya satu SMA Unggulan. Namun, ia belum memberikan informasi lebih rinci mengenai anggaran atau lokasi spesifik pembangunan sekolah ini.
Program ini dianggap sebagai langkah strategis pemerintah untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi kepada siswa-siswa berbakat di Indonesia. Satryo menekankan pentingnya menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk masa depan. Ia menambahkan bahwa siswa SMA Garuda akan dibimbing agar dapat diterima di universitas kelas dunia, dengan fasilitas dan tenaga pendidik yang dirancang khusus untuk menunjang tujuan tersebut.
Pengangguran Muda
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 9,9 juta anak muda berusia 15-24 tahun di Indonesia masih menganggur. Generasi ini masuk dalam kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training), yaitu mereka yang tidak sedang menempuh pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan.
Persentase pengangguran muda ini mencapai 22,25% dari total populasi usia muda. Mayoritas adalah perempuan, yang mencapai 5,73 juta orang atau 26,54% dari total generasi muda perempuan, sedangkan laki-laki mencapai 4,17 juta orang atau 18,21%.
Jika dilihat dari kelompok usia, generasi muda NEET terbanyak berada pada rentang usia 20-24 tahun dengan jumlah 6,46 juta orang, diikuti kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 3,44 juta orang. Dari segi tingkat pendidikan, lulusan SMA mendominasi kelompok ini dengan angka 3,57 juta orang.
Program SMA Unggulan ini diharapkan dapat menjadi solusi strategis untuk mengurangi angka pengangguran muda di Indonesia. Dengan pembekalan pendidikan berkualitas, lulusan SMA Garuda diharapkan dapat berkontribusi lebih signifikan dalam dunia kerja dan pendidikan tinggi global.